Kumpulan Literature Review Jurnal
Pendahuluan
Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang terus berkembang, musik dan desain grafis telah menjadi dua elemen kultural yang saling terkait erat, berfungsi tidak hanya sebagai sarana ekspresi artistik tetapi juga sebagai alat komunikasi yang efektif. Kajian semiotika, sebagai ilmu yang mempelajari tanda dan simbol, memberikan kita alat untuk memahami bagaimana arti dibentuk dan disampaikan melalui media ini. Literature review yang telah dilakukan mencakup analisis mendalam dari berbagai jurnal akademis yang mengeksplorasi penggunaan lirik lagu, sampul album, dan simbol visual dalam konteks musik dan desain.
Melalui lensa semiotika, kita dapat mengungkap lapisan-lapisan makna yang tersembunyi di balik karya seni yang tampaknya sederhana. Dari penggambaran kematian dalam sampul album Avenged Sevenfold hingga konstruksi modernitas dalam album Radiohead, setiap analisis mengungkapkan bagaimana elemen-elemen ini tidak hanya mencerminkan identitas artistik tetapi juga menanggapi dan membentuk konteks sosial dan budaya mereka.
1. Figurative Language In Song Lyrics Of Paramore
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu dari album Paramore yang berjudul “Brand New Eyes”. Penelitian ini fokus pada empat jenis bahasa kiasan: hiperbola, metafora, personifikasi, dan simile.
Metodologi: Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis lirik lagu yang telah dikumpulkan dan diidentifikasi ke dalam kategori bahasa kiasan berdasarkan teori yang diusulkan oleh Knickerbocker dan Willard Reninger (1963). Selain itu, penelitian ini juga menganalisis tujuh jenis makna yang diusulkan oleh Leech.
Temuan Utama: Hasil analisis menunjukkan bahwa keempat jenis bahasa kiasan tersebut digunakan dalam lirik dari lima lagu di album tersebut. Penelitian ini juga menemukan bahwa bahasa kiasan memiliki fungsi khusus dalam menyampaikan pengalaman atau imajinasi penulis lagu, memberikan perasaan yang fantastis bagi pendengar atau pembaca lirik.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis mendalam terhadap bahasa kiasan dan makna dalam lirik lagu, yang memberikan pemahaman yang lebih luas tentang cara penulis lagu menyampaikan pesan. Namun, kelemahan yang mungkin ada adalah terbatasnya sampel lagu yang dianalisis, yang mungkin tidak mencerminkan penggunaan bahasa kiasan secara keseluruhan dalam karya Paramore.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman tentang bagaimana bahasa kiasan digunakan dalam musik populer untuk menyampaikan emosi dan pengalaman. Hal ini dapat berguna bagi peneliti lain dalam bidang semiotika musik, serta bagi para musisi dan penulis lirik dalam mengembangkan cara-cara kreatif untuk menyampaikan pesan melalui musik.
Kesimpulan: Literature review ini menunjukkan bahwa jurnal tersebut memberikan wawasan yang berharga tentang penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu dan bagaimana ini dapat mempengaruhi interpretasi dan apresiasi pendengar terhadap musik. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya analisis semiotik dalam memahami karya seni.
2. The Meaning of Visual and Verbal Aspect of Paramore Video Clips
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membahas aspek visual dan verbal dalam video klip Paramore. Fokus utama adalah pada bagaimana elemen-elemen visual dan lirik lagu bekerja bersama untuk menyampaikan pesan kepada penonton.
Metodologi: Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan dua teori utama: teori elemen komunikasi visual dan teori representasi verbal. Analisis dilakukan melalui tahapan yang meliputi penampilan, cara, aktivitas, alat peraga, pengaturan, dan interpretasi lirik lagu.
Temuan Utama: Hasil analisis menunjukkan bahwa aspek visual dalam video klip Paramore berhasil menyampaikan pesan dari lagu tersebut. Aspek verbal, yaitu lirik lagu, juga memiliki peran penting dalam menarik penonton dan membantu mereka mengungkapkan makna sebenarnya dalam lagu, yang seringkali tersembunyi atau sulit dimengerti.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam penggunaan analisis mendalam terhadap aspek visual dan verbal, yang memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang bagaimana video klip dapat menjadi media komunikasi yang efektif. Namun, penelitian ini mungkin memiliki kelemahan dalam sampel yang terbatas, hanya fokus pada satu artis, yang mungkin tidak mencerminkan tren umum dalam industri musik.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya integrasi antara aspek visual dan verbal dalam produksi video klip musik. Hal ini dapat bermanfaat bagi pembuat video klip, peneliti semiotika, dan praktisi industri musik dalam mengembangkan konten yang resonan secara emosional dan estetis dengan audiens.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya memahami aspek visual dan verbal dalam video klip musik sebagai alat komunikasi yang kuat. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana analisis semiotik dapat digunakan untuk menginterpretasikan karya seni multimedia secara lebih mendalam.
3. Analisis Penggambaran Kematian di dalam Cover Album Avenged Sevenfold: Kajian Semiotika Roland Barthes
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi kematian dalam cover album band Avenged Sevenfold melalui kajian semiotika Roland Barthes. Penelitian ini berfokus pada elemen-elemen semiotik yang digunakan untuk menggambarkan tema kematian.
Metodologi: Peneliti menggunakan pendekatan semiotik Roland Barthes yang membedakan antara denotasi dan konotasi dalam analisis tanda. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menguraikan makna langsung (denotasi) dan makna yang lebih dalam atau tersembunyi (konotasi) dari elemen visual pada cover album.
Temuan Utama: Hasil analisis menunjukkan bahwa cover album Avenged Sevenfold menggunakan berbagai tanda visual yang menggambarkan kematian, baik secara harfiah maupun simbolis. Tanda-tanda ini menciptakan narasi visual yang mengundang interpretasi dan refleksi mendalam tentang konsep kematian dan keabadian.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada penggunaan teori semiotik yang mendalam untuk menginterpretasikan elemen visual, memberikan wawasan baru tentang bagaimana kematian direpresentasikan dalam seni visual. Namun, kelemahan mungkin terletak pada interpretasi subjektif yang dapat bervariasi di antara individu yang
berbeda.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi pada studi semiotik dalam musik, khususnya dalam konteks representasi visual. Temuan ini dapat digunakan oleh desainer grafis dan seniman dalam menciptakan karya seni yang mengkomunikasikan tema-tema kompleks seperti kematian.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti bagaimana kajian semiotik dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami representasi kematian dalam media visual. Penelitian ini juga menunjukkan pentingnya pemahaman semiotik dalam interpretasi karya seni.
4. Sejarah Dan Perkembangan Musik Rock Di Indonesia Tahun 1970-1990
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi sejarah dan perkembangan musik rock di Indonesia selama periode 1970-1990. Fokus utama adalah pada pengaruh sosial dan budaya yang membentuk musik rock Indonesia serta adaptasi genre ini dalam konteks lokal.
Metodologi: Peneliti menggunakan pendekatan historis dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk wawancara dengan musisi, artikel majalah, dan rekaman arsip. Penelitian ini juga mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti politik dan ekonomi yang memengaruhi perkembangan musik rock di Indonesia.
Temuan Utama: Penelitian menemukan bahwa musik rock di Indonesia mengalami banyak hambatan, terutama dari pemerintah, tetapi musisi rock Indonesia tetap gigih. Mereka mengintegrasikan elemen budaya Indonesia seperti gamelan dan rebana ke dalam musik mereka, dan menyesuaikan lirik dengan budaya lokal, sehingga menciptakan berbagai sub-genre musik rock yang unik.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis komprehensif tentang pengaruh budaya dan sosial terhadap musik rock di Indonesia. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh ketersediaan sumber dan dokumentasi dari periode tersebut, yang dapat mempengaruhi kelengkapan analisis historis.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting pada pemahaman sejarah musik di Indonesia dan bagaimana genre musik rock beradaptasi dan berkembang dalam konteks budaya yang berbeda. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti musik, sejarawan, dan praktisi budaya dalam memahami dinamika adaptasi budaya.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya memahami sejarah dan perkembangan musik rock di Indonesia sebagai refleksi dari perjuangan dan adaptasi budaya. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana musik rock menjadi medium ekspresi yang kuat dan beragam di tengah tantangan sosial dan politik.
5. Comparison of Figurative Language between Pop-Punk Songs Lyric by ”Paramore and Blink 182”
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jenis-jenis bahasa kiasan dan perbedaan penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu pop-punk oleh Paramore dan Blink 182. Fokus penelitian ini adalah pada empat jenis bahasa kiasan yang umum: metafora, simile, personifikasi, dan hiperbola.
Metodologi: Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis lirik lagu menggunakan teori bahasa kiasan yang diusulkan oleh Gorys Keraf (2009). Analisis difokuskan pada empat jenis bahasa kiasan yang umum untuk memudahkan analisis.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paramore menggunakan 13 bahasa kiasan dalam lirik lagu mereka, sedangkan Blink 182 menggunakan 18 bahasa kiasan. Paramore menggunakan metafora, simile, personifikasi, dan hiperbola, sementara Blink 182 menggunakan metafora, simile, personifikasi, dan tidak ada bentuk hiperbola1. Dapat disimpulkan bahwa kedua band lebih dominan menggunakan ekspresi metafora dalam lirik mereka.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam identifikasi dan perbandingan yang jelas antara penggunaan bahasa kiasan oleh dua band yang berbeda. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada empat jenis bahasa kiasan dan tidak mempertimbangkan jenis lain yang mungkin digunakan dalam lirik lagu.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana bahasa kiasan digunakan dalam genre musik pop-punk dan bagaimana band dari generasi yang berbeda tetap menggunakan gaya bahasa yang serupa. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti bahasa, penulis lirik, dan penggemar musik dalam memahami penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya bahasa kiasan dalam lirik lagu pop-punk dan bagaimana band-band ini menggunakan bahasa kiasan untuk mengekspresikan ide dan konsep mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metafora adalah bentuk bahasa kiasan yang paling dominan yang digunakan oleh kedua band.
6. Investigating Symbols and Messages in The Song and Music Video of Paramore’s “Brick By Boring Brick” Using Peirce’s Triadic Analysis
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis simbol dan pesan dalam lagu serta video musik “Brick By Boring Brick” oleh Paramore menggunakan analisis triadik Peirce.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menerapkan teori triadik Peirce untuk menginterpretasikan simbol yang terkandung dalam lirik dan video musik. Ada enam belas tanda yang diinterpretasikan baik dalam interpretasi umum maupun yang merujuk pada dongeng.
Temuan Utama: Penelitian ini menemukan bahwa simbol-simbol seperti “Rasa dan bau” dimaksudkan sebagai esensi dunia, dan “Brick by boring brick” yang merujuk pada dongeng “Tiga Babi Kecil”. Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis lagu adalah agar orang berhenti bermimpi tentang kehidupan seperti dalam dongeng yang selalu berakhir bahagia dan mulai belajar hidup dalam kenyataan.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada penggunaan analisis semiotik yang mendalam untuk memahami simbol dan pesan dalam karya seni. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada satu lagu dan video musik, yang mungkin tidak mencerminkan penggunaan simbol secara luas dalam karya musik lainnya.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana simbol dan pesan disampaikan melalui media musik dan video, yang dapat bermanfaat bagi peneliti semiotika, pembuat video musik, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya analisis semiotik dalam memahami simbol dan pesan dalam lagu dan video musik. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana karya seni dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang mendalam dan berlapis.
7. Conceptual Metaphors in Paramore’s After Laughter Album
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan metafora konseptual dalam album “After Laughter” (2017) oleh Paramore. Data penelitian diambil dari 11 lagu dalam album tersebut dan dianalisis menggunakan teori metafora konseptual Lakoff dan Johnson (1980).
Metodologi: Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis lirik lagu berdasarkan teori metafora konseptual. Dari 11 lagu, teridentifikasi 47 data yang mengandung metafora konseptual.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar data terdiri dari metafora orientasional. Terdapat 37 data yang mengandung metafora orientasional, yang digunakan oleh penulis lagu untuk menyampaikan kepada pendengar bahwa mereka telah mengalami pasang surut dalam hidup mereka. Delapan metafora struktural digunakan untuk menyampaikan pesan bahwa hidup penuh dengan tantangan dan perjuangan. Hanya 2 data yang mengandung metafora ontologis ditemukan.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam penggunaan analisis mendalam terhadap metafora konseptual dalam lirik lagu. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada satu album, yang mungkin tidak mencerminkan penggunaan metafora konseptual secara luas dalam karya musik lainnya.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana metafora konseptual digunakan dalam lirik lagu untuk menyampaikan pesan dan cerita kepada pendengar. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti bahasa, penulis lirik, dan penggemar musik dalam memahami penggunaan metafora dalam lirik lagu.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya metafora konseptual dalam lirik lagu dan bagaimana band seperti Paramore menggunakan metafora untuk mengekspresikan ide dan konsep mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metafora orientasional adalah bentuk yang paling dominan yang digunakan oleh Paramore dalam album “After Laughter”.
8. Music Emotion Recognition: A State Of The Art Review
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk meninjau perkembangan terkini dalam pengenalan emosi musik secara otomatis. Musik sering disebut sebagai “bahasa emosi”, dan secara alami kita mengkategorikan musik berdasarkan asosiasi emosionalnya.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan mengeksplorasi berbagai penelitian dalam pengenalan emosi musik, terutama fokus pada metode yang menggunakan informasi teks kontekstual (misalnya, situs web, tag, dan lirik) dan pendekatan berbasis konten, serta sistem yang menggabungkan beberapa domain fitur.
Temuan Utama: Paper ini menemukan bahwa ada banyak fitur, seperti harmoni, timbre, interpretasi, dan lirik yang mempengaruhi emosi, dan suasana hati dari sebuah karya musik juga dapat berubah sepanjang durasinya. Namun, dalam mengembangkan sistem otomatis untuk mengorganisir musik berdasarkan konten emosional, kita dihadapkan pada masalah yang sering kali tidak memiliki jawaban yang jelas; mungkin ada ketidaksepakatan yang cukup besar mengenai persepsi dan interpretasi emosi dari sebuah lagu atau ambiguitas dalam karya itu sendiri.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada survei yang komprehensif tentang berbagai metode dan sistem yang ada dalam pengenalan emosi musik. Namun, tantangan yang dihadapi adalah subjektivitas dan kesulitan dalam mengkuantifikasi emosi musik, yang merupakan ekspresi emosi yang sangat subjektif dan sulit untuk dikuantifikasi.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam penelitian pengambilan informasi musik dengan memperluas penelitian otomatisasi pencarian dan pengorganisasian musik dan data terkait. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pemahaman lintas disiplin yang mencakup pemrosesan sinyal, pembelajaran mesin, persepsi pendengaran, psikologi, dan teori musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya pengenalan emosi dalam musik sebagai bidang yang masih dalam tahap awal tetapi telah menerima perhatian yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengenalan emosi musik adalah usaha lintas disiplin yang membutuhkan pemahaman yang luas tentang berbagai bidang
9. Analysis Of Figurative Language In "Born For This", "That's What You Get", And "The Only Exception" Songs By Paramore
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahasa kiasan dalam tiga lagu Paramore: “Born for This”, “That’s What You Get”, dan “The Only Exception”. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi jenis-jenis bahasa kiasan yang digunakan dan makna yang mungkin serta makna keseluruhan dari lirik lagu tersebut.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskripsi kualitatif yang dirancang untuk menghasilkan deskripsi fenomena yang mengandalkan wacana. Analisis ini mengikuti desain metode kualitatif karena berkaitan dengan objek penelitian.
Temuan Utama: Analisis menemukan bahwa lagu “Born for This” memiliki bahasa kiasan seperti ambiguitas dan personifikasi. Lagu “That’s What You Get” memiliki ambiguitas, personifikasi, dan lain-lain. Sedangkan “The Only Exception” memiliki personifikasi, metafora, dan lain-lain. Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa dalam lagu-lagu ini terdapat banyak bahasa kiasan yang membuat lirik menjadi bermakna.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam identifikasi dan analisis yang jelas tentang penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada tiga lagu, yang mungkin tidak mencerminkan penggunaan bahasa kiasan secara luas dalam semua karya Paramore.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana bahasa kiasan digunakan dalam lirik lagu dan bagaimana ini dapat mempengaruhi interpretasi pendengar terhadap lagu. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti bahasa, penulis lirik, dan penggemar musik dalam memahami penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya bahasa kiasan dalam lirik lagu dan bagaimana band seperti Paramore menggunakan bahasa kiasan untuk mengekspresikan emosi dan cerita. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ambiguitas dan personifikasi adalah beberapa bentuk bahasa kiasan yang sering digunakan dalam lirik lagu Paramore.
10. An Analysis Of Figurative Of Songs In 70's Era And Millennium Era
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bahasa kiasan dalam lagu-lagu era 70-an dan era milenium. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui jenis-jenis bahasa kiasan yang digunakan, serta persamaan dan perbedaan penggunaan bahasa kiasan di kedua era tersebut.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data penelitian diambil dari lirik lagu-lagu yang dirilis antara tahun 1970-1979 dan tahun 2000-2009. Penelitian ini menganalisis lirik lagu menggunakan teori bahasa kiasan.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa kiasan seperti hiperbola dan personifikasi sering muncul di kedua era, tetapi ada perbedaan dalam jumlah penggunaan bahasa kiasan itu sendiri. Era 70-an memiliki lebih banyak bahasa kiasan dibandingkan dengan era milenium.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam identifikasi dan analisis yang jelas tentang penggunaan bahasa kiasan di dua era yang berbeda. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh sampel lagu yang dipilih, yang mungkin tidak mencerminkan penggunaan bahasa kiasan secara keseluruhan dalam musik populer.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana bahasa kiasan digunakan dalam lirik lagu di berbagai era, yang dapat bermanfaat bagi peneliti bahasa, penulis lirik, dan penggemar musik dalam memahami evolusi bahasa kiasan dalam musik populer.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya memahami penggunaan bahasa kiasan dalam lirik lagu dan bagaimana ini telah berkembang dari waktu ke waktu. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam jumlah, bahasa kiasan tetap menjadi alat yang kuat untuk mengekspresikan emosi dan ide dalam musik.
Sumber: https://repository.syekhnurjati.ac.id/2902/1/NIKO%20SAPUTRA%20PBI%202015%20%28WM%20BLM%29.pdf
11. Making Music Mean: An analysis and comparison of
British and American Punk Rock Lyrics
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan lirik punk rock Inggris dan Amerika. Fokus utama adalah pada penggunaan bahasa kiasan dan motif dalam lirik, dengan mempertimbangkan konteks era tersebut, serta mengevaluasi perbedaan dan kesamaan antara kedua subkultur.
Metodologi: Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan menganalisis lirik dari lima kontributor utama dalam adegan punk di kedua negara. Analisis meliputi fitur bahasa seperti pola suara, metrum dan suara, semantik, makna kontekstual, makna harfiah dan kiasan, serta register.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam tema dan bahasa antara lirik punk rock Inggris dan Amerika. Lirik punk rock Inggris cenderung lebih fokus pada kritik sistem dan seringkali disertai dengan pemikiran tentang perbaikan dunia, sedangkan motivasi lirik punk rock Amerika lebih pada distingsi dari sistem yang sama, namun dengan tujuan untuk mengkultivasi citra sebagai orang luar.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis komprehensif dan perbandingan yang mendalam antara dua subkultur punk rock yang berbeda. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada lima grup musik dari masing-masing negara, yang mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum adegan punk rock.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam studi musik dan linguistik dengan menyoroti bagaimana lirik dapat mencerminkan dan mempengaruhi subkultur sosial. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti musik, sejarawan sosial, dan praktisi budaya dalam memahami dinamika subkultur punk rock.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya analisis lirik dalam memahami subkultur punk rock dan bagaimana lirik tersebut mencerminkan perbedaan sosial dan politik antara Inggris dan Amerika. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lirik punk rock adalah medium yang kuat untuk menyampaikan pesan dan membangun identitas subkultur.
12. Connotative Meaning In The “Brand New Eyes” Album By Paramore
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna konotatif dalam lirik lagu album “Brand New Eyes” oleh Paramore. Penelitian ini berfokus pada dua pertanyaan utama: apa makna konotatif yang ditemukan dalam lirik lagu dan apa pesan yang mungkin disampaikan melalui lirik tersebut.
Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teori Leech tentang makna konotatif (1981). Data yang digunakan adalah kata-kata yang berpotensi membawa makna konotatif dalam lirik lagu. Peneliti mendengarkan lagu dan membaca lirik dengan teliti untuk menemukan data dan membuat daftar kata-kata dan frasa yang mengandung makna konotatif.
Temuan Utama: Penelitian menemukan 33 ekspresi yang mengandung makna konotatif, yang dibawa dalam bentuk kata dan frasa. Makna konotatif yang ditemukan digunakan untuk membangun suasana tertentu yang sinis dan sedih. Sebagian besar lagu dalam album ini memiliki pandangan sinis terhadap kondisi tertentu tetapi juga memiliki pesan positif untuk remaja saat ini, berisi saran untuk menjadi orang yang berani.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam identifikasi dan analisis yang jelas tentang makna konotatif dalam lirik lagu. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh sampel lagu yang dipilih, yang mungkin tidak mencerminkan penggunaan makna konotatif secara keseluruhan dalam semua karya Paramore.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana makna konotatif digunakan dalam lirik lagu untuk menyampaikan emosi dan pesan. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti bahasa, penulis lirik, dan penggemar musik dalam memahami penggunaan makna konotatif dalam lirik lagu.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya makna konotatif dalam lirik lagu dan bagaimana Paramore menggunakan makna konotatif untuk mengekspresikan suasana hati dan pesan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lirik lagu dapat menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan yang sinis namun positif kepada pendengar.
13. Visual Metaphors on Album Covers:
An Analysis into Graphic Design’s Effectiveness at Conveying Music Genres
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah desain grafis masih memainkan peran dalam memasarkan informasi tentang musik, seperti genre, kepada konsumen. Hal ini dilakukan melalui dua studi: 1. Analisis visual komputer yang mengukur dominasi warna dari sebuah gambar, dan 2. Eksperimen laboratorium desain campuran dengan partisipan sukarela yang mencoba menilai genre dari sebuah album.
Metodologi: Studi pertama menggunakan analisis visual komputer untuk mengukur skema warna dari sampel album dan mencoba memprediksi genre album berdasarkan model tersebut. Studi kedua adalah eksperimen penilaian album di mana partisipan diminta untuk menilai genre album berdasarkan sampulnya.
Temuan Utama: Temuan dari studi pertama menunjukkan bahwa model skema warna yang dibuat dari sampel album tidak dapat digunakan untuk memprediksi genre album. Temuan lebih lanjut dari studi kedua menunjukkan bahwa konsumen memberikan perhatian yang signifikan pada sampul album, cukup untuk dapat menilai genre album dengan benar sebagian besar waktu.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini adalah dalam penggunaan dua metode berbeda untuk mengevaluasi efektivitas desain grafis dalam menyampaikan genre musik. Namun, penelitian ini mungkin memiliki keterbatasan dalam sampel yang digunakan dan mungkin tidak mencerminkan persepsi konsumen secara keseluruhan.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam memahami hubungan antara desain grafis dan pemasaran musik. Temuan ini dapat bermanfaat bagi desainer grafis, pemasar musik, dan peneliti dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya desain grafis dalam menyampaikan informasi tentang genre musik melalui sampul album. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan yang disebabkan oleh streaming digital, desain grafis masih memiliki peran penting dalam industri musik.
14. Covering Music: Tracing the Semiotics of Beatles'Album Covers Through the Cultural Circuit
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri semiotika sampul album The Beatles melalui sirkuit budaya. Fokus utama adalah pada bagaimana sampul album The Beatles mencerminkan dan mempengaruhi budaya populer serta bagaimana mereka berkomunikasi dengan pendengar melalui simbolisme visual.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis sampul album The Beatles dari perspektif semiotik. Penelitian ini mempertimbangkan konteks historis dan budaya di mana sampul album tersebut dibuat dan diterima oleh publik.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampul album The Beatles tidak hanya sebagai karya seni tetapi juga sebagai alat komunikasi yang kuat yang mengandung banyak lapisan makna. Sampul album seperti “Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band” dan “Abbey Road” telah menjadi ikonik dan terus mempengaruhi desain sampul album hingga hari ini.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis mendalam tentang semiotika dan pengaruhnya terhadap budaya populer. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada satu band, yang mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum semiotika dalam musik.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam studi semiotika dan desain grafis, menyoroti bagaimana sampul album dapat menjadi lebih dari sekadar kemasan produk musik. Temuan ini dapat bermanfaat bagi desainer grafis, peneliti budaya, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya semiotika dalam sampul album dan bagaimana The Beatles menggunakan sampul album sebagai medium ekspresi artistik dan komunikasi budaya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sampul album The Beatles telah menjadi bagian integral dari warisan budaya mereka.
15. Makna Sampul Album "Misteria" Grup Musik Goodnight Electric (Analisis Semiotika Roland Barthes)
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos pada sampul album “Misteria” oleh grup musik Goodnight Electric. Penelitian ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang memiliki tiga tingkat signifikansi yaitu denotasi, konotasi, dan mitos.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, serta metode semiotika Roland Barthes. Untuk menguji keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dengan dua sumber.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat denotasi, sampul album “Misteria” memiliki elemen desain seperti logo, foto personel, kata “Misteri”, warna background, dan garis gelombang. Pada tingkat konotasi, Goodnight Electric menyampaikan harapan baru dan optimisme tinggi melalui pembaruan yang dilakukan. Pada tingkat mitos, penelitian ini menemukan bahwa genre musik psychedelic, yang sering dianggap negatif, dapat menjadi karya musik yang menarik jika dilihat dari sisi positifnya.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis mendalam tentang makna visual pada sampul album. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada satu album, yang mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum semiotika dalam desain sampul album musik.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana sampul album dapat menyampaikan pesan yang kompleks melalui simbol visual. Temuan ini dapat bermanfaat bagi desainer grafis, peneliti semiotika, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya semiotika dalam desain sampul album dan bagaimana Goodnight Electric menggunakan elemen visual untuk menyampaikan pesan dan emosi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sampul album dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan cerita dan budaya sebuah grup musik.
16. Analisis Semiotika Cover Album "American Idiot" Band Green Day
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna semiotika dari cover album “American Idiot” oleh band Green Day. Cover album ini dipilih karena memiliki judul yang kontroversial dan konsep yang simpel namun simbolis.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menerapkan teori semiotika Roland Barthes. Analisis dilakukan untuk mengetahui makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung dalam desain cover album tersebut.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa cover album “American Idiot” memiliki makna bahwa menjadi seorang Amerika yang bodoh berarti menelan informasi dari media secara mentah-mentah tanpa kritis, yang merupakan ciri orang yang bodoh karena pemerintah Amerika memanfaatkan media untuk propaganda. Selain itu, album ini juga memiliki makna perlawanan terhadap kebijakan perang dari pemerintah Amerika Serikat.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis semiotik yang mendalam terhadap elemen desain cover album. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh fokusnya hanya pada satu album, yang mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum semiotika dalam desain cover album musik.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana desain cover album dapat digunakan sebagai media penyampaian pesan yang kuat dan simbolis. Temuan ini dapat bermanfaat bagi desainer grafis, peneliti semiotika, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya semiotika dalam desain cover album dan bagaimana Green Day menggunakan elemen visual untuk menyampaikan pesan kritis dan perlawanan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa cover album dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan politik dan sosial.
17. Analisis Penggambaran Kematian Di Dalam Cover Album Avenged Sevenfold: Kajian Semiotika Roland Barthes
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggambaran kematian dalam cover album Avenged Sevenfold menggunakan kajian semiotika Roland Barthes. Fokus utama adalah pada elemen visual cover album dan bagaimana elemen-elemen tersebut mengkomunikasikan tema kematian.
Metodologi: Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan teori semiotika Roland Barthes. Analisis dilakukan dengan membedah elemen visual cover album untuk menemukan makna denotatif, konotatif, dan mitos.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa cover album Avenged Sevenfold mengandung berbagai simbol yang berkaitan dengan kematian, seperti gambar tengkorak dan warna gelap, yang menciptakan makna konotatif tentang kematian dan keabadian. Simbol-simbol tersebut juga dikaitkan dengan mitos dan budaya populer yang berhubungan dengan band dan genre musiknya.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis mendalam tentang simbolisme visual dan makna yang terkandung dalam cover album. Namun, penelitian ini mungkin memiliki keterbatasan dalam sampel yang digunakan dan mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum semiotika dalam industri musik.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam studi semiotika dan desain grafis, menyoroti bagaimana elemen visual dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang kuat dan mendalam. Temuan ini dapat bermanfaat bagi desainer grafis, peneliti semiotika, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya semiotika dalam desain cover album dan bagaimana Avenged Sevenfold menggunakan simbolisme visual untuk menyampaikan tema kematian. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa cover album dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan dan cerita band
18. Simbol-Simbol Yang Digunakan Pada Group Band Heavy Metal: Sebuah Analisis Semiotik
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis simbol-simbol yang digunakan oleh grup band heavy metal sebagai salah satu sistem tanda dari sudut pandang semiotika.
Metodologi: Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teori tanda semiotika Peirce, yang meliputi ikon, indeks, dan simbol. Data tentang semiotika dan teori tanda Peirce dikumpulkan dari beberapa buku semiotika, sementara data tentang band heavy metal dan simbol mereka dikumpulkan dari situs web.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat subgenre utama dari heavy metal dan setiap genre memiliki bentuk simbolnya sendiri. Bentuk simbol tersebut menggambarkan genre musik yang dimainkan dan juga merepresentasikan tema lirik lagu mereka masing-masing.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis yang komprehensif tentang sistem tanda dan simbol dalam konteks musik heavy metal. Namun, penelitian ini mungkin memiliki keterbatasan dalam sampel yang digunakan dan mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum simbol dalam genre musik heavy metal.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam studi semiotika musik, dengan menyoroti bagaimana simbol digunakan oleh band heavy metal sebagai identitas mereka. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti semiotika, musisi, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya simbol dalam musik heavy metal dan bagaimana band-band menggunakan simbol sebagai bagian dari sistem tanda mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa simbol memiliki peran penting dalam membangun identitas dan menyampaikan pesan melalui musik.
19. Konstruksi Modernitas Dalam Album Radiohead (Analisis Semiotika Pada Lirik Lagu Dan Artwork Album OK Computer)
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penanda konotasi yang digunakan oleh Radiohead dalam menandai modernitas dan bagaimana grup musik ini mengkonstruksi modernitas dalam lirik dan artwork album OK Computer yang dirilis tahun 1997.
Metodologi: Penelitian menggunakan analisis tekstual kualitatif dengan model analisis semiotika Roland Barthes. Data primer berupa lirik lagu dan artwork yang terdapat dalam booklet album OK Computer, sementara data sekunder meliputi informasi tambahan dari literatur dan media.
Temuan Utama: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Radiohead menggunakan berbagai bentuk penanda dalam menandai modernitas, baik melalui elemen linguistik maupun citra-gambar. Penanda lainnya digunakan melalui gaya bahasa metafora dan simile. Radiohead mengkonstruksi modernitas melalui pengkombinasian dua penanda ini sebagai sistem yang dipenuhi oleh kontradiksi, yang hadir dalam keseharian masyarakat modern mulai dari teknologi, transportasi, budaya, gaya hidup, sistem kerja, hingga konsumerisme.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis mendalam tentang konotasi dan konstruksi modernitas dalam lirik dan artwork. Namun, penelitian ini mungkin terbatas oleh sampel yang digunakan dan mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum semiotika dalam musik.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam studi semiotika musik, dengan menyoroti bagaimana lirik dan artwork dapat digunakan untuk mengkomunikasikan tema modernitas. Temuan ini dapat bermanfaat bagi peneliti semiotika, musisi, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya semiotika dalam analisis lirik lagu dan artwork album. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Radiohead menggunakan semiotika untuk menyampaikan pesan tentang modernitas dan kontradiksi yang ada dalam masyarakat modern.
20. Analisis Cover Album “Savage” Dari Girl Group Aespa
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk visual dan makna dari album “Savage” oleh girl group Aespa. Studi ini diharapkan dapat menjadi dasar pengetahuan baru dan digunakan sebagai referensi untuk penelitian masa depan.
Metodologi: Penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan melakukan analisis dengan teori semiotika Charles Sanders Peirce. Data primer diperoleh langsung dari album fisik “Savage” versi SYNK DIVE dan proses wawancara, sementara data sekunder berasal dari berbagai sumber literatur.
Temuan Utama: Penelitian menemukan bahwa desain sampul album dibuat untuk memvisualisasikan isi lagu dan konsep yang ada pada album. Sampul album dirancang dengan aliran futurisme yang menggambarkan kecepatan sebuah gerakan.
Kekuatan dan Kelemahan: Kekuatan dari penelitian ini terletak pada analisis yang komprehensif tentang bentuk visual dan makna album. Namun, penelitian ini mungkin memiliki keterbatasan dalam sampel yang digunakan dan mungkin tidak mencerminkan seluruh spektrum semiotika dalam industri musik Kpop.
Implikasi Teoritis dan Praktis: Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam studi semiotika musik, dengan menyoroti bagaimana desain sampul album dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang kuat dan simbolis. Temuan ini dapat bermanfaat bagi desainer grafis, peneliti semiotika, dan praktisi industri musik.
Kesimpulan: Literature review ini menyoroti pentingnya semiotika dalam desain sampul album dan bagaimana Aespa menggunakan elemen visual untuk menyampaikan pesan dan konsep album. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sampul album dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan cerita dan budaya sebuah grup musik.
Komentar
Posting Komentar